Tuesday, 3 September 2013

Asrama Sulaimaniyah Turki Berkembang di Indonesia


Asrama Sulaimaniyah Turki Berkembang di Indonesia
(Studi Kasus : Asrama Sulaimaniyah Pusat Cipinang,
Jakarta Timur, Peraturannya Sangat Disiplin)
oleh :
BARDA HUDORI
( 4815120328 )
Pendahuluan
            Ditengah zaman modern ini yang khususnya banyak golongan yang akan menjauhkan agama dari kehidupan atau yang disebut golongan sekuler. Jika dibandingkan dengan negara yang sedang berselisih atau berperang mereka berperang menggunakan fisik, senjata dan strategi berperang lainnya. Tetapi pada zaman yang serba canggih ini manusia berperang melawan IPTEK yang bermuka dua antara dampak negatif dan positif.
            Berperang melawan IPTEK mungkin sangatlah berat karena teknologi yang canggih ini sudah menggerogoti hampir seluruh dunia, meskipun jika di analisis dampak dari IPTEK ini ada yang bersifat membangun tetapi tidak bisa dielakan juga dampak negatifnya juga sangatlah berbahaya, karena akibat teknologi yang cangggih negara-negara adikuasa seperti Amerika Serikat, Rusia dan lainya sudah dapat menciptakan alat pemusnah muka bumi yaitu nuklir, selain itu ada alat canggih yaitu internet, media massa dan sebagainya yang sama-sama mempunyai dampak negatif akan masyarakat di dunia ini.
            Problematika pendidikan nasional dewasa ini sangat kompleks. Kompleksitas tersebut  merupakan implikasi dari kompleksitas kehidupan yang semakin mengglobal. Oleh karena itu, dalam memetakan problematika tersebut tentunya perlu diperhatikan dari sudut pandangan mana dan dalam batasan apa kita melihat problematika realitas pendidikan nasional dewasa ini. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah apa akar utama problem pendidikan nasional saat ini ? Apa solusi serta visi pendidikan ke depan yang dapat diharapkan dapat menjawab problemtika tersebut.
            Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, tentunya kita harus terlebih dahulu mengidentifikasi problem-problem pendidikan dewasa ini. Pertama, problem ketidakjelasan paradigma pendidikan, manajemen (kurikulum dan tenaga pengajar). Kedua, problem relevansi pendidikan, metode pembelajaran, dan internalisasi kesadaran peserta didik. Ketiga, problem dikotomi antar nilai-nilai moral agama dan sains umum ketiga klasifikasi  problem-problem pendidikan tersebut  tentunya akan diprioritaskan yang paling mendasar sebagai akar persoalan yang sangat mendasar selain itu IPTEK yang disalahgunakan merupakan permasalahan juga yang harus di temukan solusinya.[1]
            Asrama Sulaimaniyah merupakan asarma atau pondok pesantren yang berdiri secara resmi atau melalui lembaga resmi yang diresmikan oleh Menteri Sosial. Oleh krena itu berkaitan erat dengan pernyataan Durkheim tentang sosiologi, menurutnya sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosialnya dan ia menekankan penelitian perbandingan karena sosiologi merupakan ilmu mengenal masyarakat.[2]

Perkembangan Asrama
Sejak didirikan pada tahun 2005, hingga tahun 2012 Yayasan UICCI atau asrama Sulaimaniyah asrama pusat di Indonesia telah meluluskan 69 lulusan, yang telah mengeyam pendidikan tinggi Agama Islam yang sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah di Istanbul, Turki. Lulusan-lulusan tersebut, telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dalam memperluas cakupan syiar Islam dengan metode pengajaran Islam modern.
 Pendiri atau pengagasnya yaitu oleh Sulaiman Hilmi Tunahan k.s. Demi menjawab kebutuhan pendidikan Islam di seluruh penjuru dunia, tenaga pengajar UICCI tak hanya lagi disebar ke cabang-cabang UICCI di Indonesia, melainkan ke beberapa Islamic Centre (Pusat Kebudayaan Islam) yang ada di berbagai belahan dunia.
Pada Juni 2012, melalui mitra kerja UICCI di luar Indonesia, Yayasan UICCI telah mengirimkan dua staf pengajar ke Suriname, Amerika Selatan. Sesuai dengan visinya yaitu "Menuju Generasi Berilmu dan Bertaqwa", Yayasan UICCI akan terus berkomitmen untuk menghasilkan tenaga-tenaga pengajar Islam yang kompeten dengan membuka cabang-cabang baru di berbagai pelosok negeri guna menyediakan tempat-tempat pembelajaran Agama Islam, dalam rangka menerapkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia.
Yayasan Pusat Budaya Islam Indonesia ini dibentuk oleh beberapa orang Turki dan Indonesia secara sukarela pada tahun 2005 dan sejak tahun 2011 telah berkembang menjadi 8 cabang yang tersebar di 3 pulau di Indonesia. Tujuan dibentuknya yayasan ini adalah agar yayasan dapat menyampaikan bantuan dari para dermawan yang ada di Turki maupun di Eropa pada warga Indonesia yang membutuhkannya, dan dengan seiring berkembangnya zaman diharapkan dengan sebuah awal yang baik kepak sayap bantuan ini dapat lebih berkembang sehingga bantuan tidak hanya dapat sampai pada lebih banyak lagi orang yang membutuhkannya tetapi juga dapat dimulai dalam bentuk dan berbagai bidang.
Dikarenakan oleh posisinya yang berada tepat di tengah-tengah titik pusat gempa dan dikelilingi oleh gugusan pegunungan berapi yang masih aktif, maka di negara Indonesia yang beriklim tropis ini sering dijumpai bencana-bencana alam yang cukup besar. Selain itu, sebagai Negara berpenduduk sekitar 230 juta jiwa yang menyebabkannya menempati posisi ke-4 negara-negara terpadat di dunia maka Indonesia mengalami hambatan untuk mencapai peradaban yang lebih maju. Hal ini terbukti pula dengan adanya bencana Tsunami pada tahun 2004, pemulihan pasca bencana tersebut masih belum benar-benar maksimal.
Dengan perkembangan pesat yang tidak diprediksi sebelumnya, Yayasan kami telah menyebar menjadi 8 cabang di 3 pulau terbesar di Indonesia hanya dalam kurun waktu yang yang relatif singkat yaitu selama 6 tahun. Salah satu faktor yang mendukung adanya keberhasilan ini adalah besarnya kecintaan dan perhatian masyarakat muslim Indonesia terhadap yayasan Kami.
           
Pada setiap terjadinya bencana alam di Indonesia, yayasan kami tidak pernah tinggal diam, selalu mengemban tugas sebagai jembatan penghubung bagi bantuan dari begitu banyaknya orang dari Turki dan Eropa yang secara sukarela ingin membantu saudara-saudaramereka yang tertimpa bencana. Begitu pula proses pendistribusian bantuan tersebut diupayakan agar kedua belah pihak, baik yang membantu maupun yang menerima tidak dikecewakan.
Di Negara kepulauan yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia ini, UICCI yang memiliki misi utama untuk mencetak generasi muda penerus yang jujur dan berakhlak mulia serta memiliki rasa cinta pada tanah air dan bangsanya ini, selalu menjalankan kewajibannya tersebut dengan semangat sosial tanpa mencari keuntungan apapun dan pada setiap tugas yang kami jalankan selalu berkoordinasi dengan badan-badan pemerintah dan mendapat izin resmi dari Instansi-Instansi yang terkait.
Hingga saat ini, dapat dikatakan yayasan ini selalu berada di manapun terjadinya bencana dan walau sekecil apapun selalu berusaha memberikan sumbangsihnya bagi daerah yang terkena bencana tersebut, dan hal ini telah menjadi seperti sebuah kewajiban yang membanggakan bagi Kami. Dalam hal ini mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara muslim yang telah membantu kami dan instansi terkait serta pemerintah Indonesia yang telah mendukung keberadaan yayasan.[3]








Solidaritas Mekanik  Dalam Lingkungan Asrama
Asrama atau Pondok Pesantren Pusat dibagian Asia Pasifik termasuk Asia Tenggara adalah Indonesia yang berlokasi di Jalan Cipinang Baru Raya 25, Rawamangun, Jakarta Timur ini merupakan asrama yang muridnya terdiri dari santri dan mahasiswa yang jumlahnya 145 diantaranya mahasiswa 45 orang dan santri 100 orang.
Proses pembelajaran santri sangat berbeda dengan mahasiswa dikarenakan santri disini tujuannya adalah menghafal Al-Quran, belajar kitab, Fiqih dan Qiraat dan proses pembelajaran nya dari jam delapan pagi sampai jam setengah Sembilan malam. Sedangkan proses pembelajaran mahasiswa belajarnya sangat singkat dikarenakan belajar perkuliahan juga di kampus. Oleh karena itu hanya satu jam setengah dari jam tujuh malam sampai jam setengah Sembilan malam kecuali hari sabtu ada pelajaran pagi dari jam setengah enam sampai jam dua belas siang selebihnya bisa pulang ke ruamhnya masing-masing diasrama ini mahasiwa mempelajari tajwid, kitab, Bahasa Arab, Bahasa Turki, dan Fiqih sesuai tingkatan kelasnya.
            Diasrama Sulaimaniyah di Cipinang, Jakarta Timur, peraturannya sangat disiplin dan ketat baik tentang beribadah, kebersihan, menggunakan  peralatan elektronik harus sesuai waktunya, tidur dan bangun harus sesuai dengan peraturan yang berlaku  dan sebagainya. Dalam beribadah shalat lima waktu harus selalu berjamaah di masjid asrama.
Jikalau ada seorang santri ataupun mahasiswa  tidak melakukan shalat berjamaah di masjid, maka akan mendapat sanksi berupa dipermalukan didepan banyak santri atau mahasiswa dengan membacakan pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Ini juga berlaku ketika waktu makan, apabila waktu makan sudah habis santri dan mahasiswa dilarang vvmengambil makanan di dapur jikalau bersi keras mengambil tanpa ijin akan diberi sangsi berupa piket dapur.
Oleh karena itu kejadian di Asrama Sulaimaniyah ini ada hubungannya dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama, yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada masyarakat yang sama. Solidaritas ini merupakan bentuk yang tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut pemikiran normatif yang sama pula. Menurut Durkheim, indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang bersifat menekan atau repressive.
Maksud dari hukum ini adalah apabila terdapat suatu kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya, maka kesalahan tersebut dianggap sebagai perbuatan jahat dan sanksi yang dapat diterima tidak bersifat rasional dan kemarahan kolektif dari anggota lainnya.[4]

Dilarangnya Penggunaan Akun Twitter, Facebook
            Seiring berkemangbangnya dunia maya, dan yang dikenal saat ini adalah internet berbagai program dan aplikasi terdapat didalam komputer yang tersambung didalam internet tersebut oleh karena itu internet membawa pengaruh pada masyarakat dunia pada zaman modern ini. Di asrama sulaimaniyah semua perturan asarama bersumber dari Istanbul jadi semua asrama yang berada di seluruh dunia harus taat dan tunduk akan aturan tersebut.
            Facebook dan akun twitter adalah jejaring sosial untuk memperat hubungan pertemanan di dalam masyarakat luas didalam negeri kita sampai juga mancanegara. Sebelumnya asrama sulaimaniyah membolehkan para santri ataupun mahasiswa menggunakan akun tersebut karena dapat mempererat hubungan para santri sulaimaniyah yang ada diberbagai daerah Indonesia, daerah Asia Tenggara, Asia Pasifik, dan bahkan diseluruh dunia.
            Akun facebook dan twitter semakin berkembang dari segi pengguna maupun programnya oleh karena itu pasti ada dampak positif dan negatif dari kemajuan akun tersebut. Menurut pandangan para ustad atau abi di Pesantren Sulaimaniyah yang berada di Turki mereka beranggapan bahwa dampak dari akun tersebut lebih banyak dampak negatifnya. Padahal khusnya untuk mahasiswa facebook dan twitter sangat penting untuk kegiatan perkuliahan mereka baik mengenai tugas-tugas kuliah maupun untuk organisasi dan kegiatan penting lainnya.
            Berdasarkan pertimbangan dampak negatif dan  positif dari akun facebook dan twitter maka seluruh santri, mahasiswa dan para ustad dilarang menggunakan kedua akun tersebut karena para ulama atau ustad di Turki bersepakat bahwa menggunakan facebook dan twitter hukumnya haram. Oleh karena itu jika ada warga asrama yang menggunakan akun tersebut akan diberikan sanksi.
Haramnya  Mendengarkan Musik
            Alunan musik dapat membuat hati kita menjadi semangat, tentram, sedih dan sebagainya. Musik pada zaman sekarang berkembang dengan pesat, alirannya semakin berkembang mulai dari Jazz, Pop, Dangdut, Rock, Rege dan sebagainya. Penikmat dan orang yang ahli musik diseluruh dunia semakin berkembang dan bertambah mulai dari anak-anak, remaja dan kalangan orang tuapun menyukai musik.
             Karena dilingkungan asrama suasana islamnya sangat kental dan fanatik, maka mereka melarang bahkan mengharamkan musik untuk didengarkan. Mereka beranggapan bahwa Rasulullah melarang mendengarkan musik ataupun memainkannya, karena ketika Rasulullah datang di Madinah masyarakatnya ada yang menyambut dengan semacam kendang atau rabanna yang  sekarang dikenal dengan pengiring kasidahan atau band tabok.
            Rasulullah pun diam saja akan sambutan tersebut dengan diamnya Rasulullah maka band tabok atau rabbana masih diperbolehkan. Di haditspun ada yang mengharamkan mendengarkan musik. Oleh karena itu warga asrama yang terdiri dari para ustad, santri dan mahasiswa dilarang mendengarkan dan memainkan alat musik modern tersebut.

Hubungan Aturan Asrama Dengan Fakta Sosial 
            Dengan berbagai aturan yang memaksa individu diasrama sehingga mereka harus mematuhi aturan yang mengikat didalam sistem tersebut.karena semua yang tinggal diasrama tersebut mendapatkan fasilitas yang gratis. Gartis disini sebenarnya ada beban moral karena dana tersebut merupakan Baitul Mal yang dihimpun dari masyarakat muslim untuk kepentingan umat oleh karena itu warga asrama harus bertanggung jawab memakainya.
Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.”
Kutipan ini menjelaskan bahwa Durkheim memberikan dua definisi untuk fakta sosial agar sosiologi bisa dibedakan dari psikologi. Pertama, fakta sosial adalah pengalaman sebagai sebuah paksaan eksternal dan bukannya dorongan internal. Kedua, fakta sosial umum meliputi seluruh masyarakat dan tidak terikat pada individu partikular apapun.
Durkheim berpendapat bahwa fakta sosial tidak bisa direduksi kepada individu, namun esti dipelajari sebagai realitas mereka. Durkheim menyebut fakta sosial dengan istilah Latin sui generis, yang berarti “unik”
Durkheim sendiri memberikan beberapa contoh tentang fakta sosial, termasuk aturan legal, beban moral, dan kesepakatan sosial. Dia juga memasukkan bahasa sebagai fakta sosial dan menjadikannya sebagai contoh yang paling mudah dipahami, karena bahasa adalah sesuatu yang mesti dipelajari secara empiris, bahasa adalah sesuatu yang berada di luar individu, bahasa memaksa individu, dan perubahan dalam bahasa hanya bisa dipelajari melalui fakta sosial lain tidak bisa hanya dengan keinginan individu saja.[5]
Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga karakteristik yang berbeda, yaitu, gejala sosial bersifat eksternal terhadap individu, hampir setiap orang telah mengalami hidup dalam satu situasi sosial baru, mungkin sebagai anggota baru dari satu organisasi, dan merasakan dengan jelas bahwa ada kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang sedan di amati yang tidak ditangkap atau dimengertinya secara penuh. Dalam situasi serupa itu, kebiasaan dan norma ini jelas dilihat sebagai sesuatu yang eksternal.
Fakta itu memaksa individu, jelas bagi Durkheim bahwa individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong atau dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai ftipe fakta sosia dalam lingkungan sosialnya. Seperti yang ia katakana bahwa tipe-tipe perilaku atau berfikir ini mempunyai kekuatan memaksa yang karenanya mereka memaksa individu terlepas dari kemauannya sendiri.
 Fakta itu bersifat umum, fakta tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain fakta sosial itu merupakan milik bersama, bukan sifat individu perorangan. Fakta sosial ini benar-benar bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat kolektifnya ini.
Bahasa Turki Diwajibkan Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Turki masuk kelima besar bahasa tersulit didunia, dan di Asrama Sulaimaniyah diberikan materi bahasa tersebut karena cikal bakal asrama tersebut bersal dari Turki. Didalam keseharian santri dan mahasiswa dilingkungan asrama selalu mendengarkan ustad Indonesia dan ustad dari turki berkomunikasi bahasa persatuan tersebut terkadang santri dan mahasiswa kebingungan.
Bahasa tersebut dipergunakan setiap harinya agar mereka terbiasa, karena khususnya bagi santri yang sudah menyelesaikan pendidikan disini selama dua tahun akan melanjutkan diasrama Turki yang proses pembelajarannya menggunakan bahasa Turki. Berlaku juga mahasiswa yang akan melanjutkan pendidikan  S2 nya di Turki harus menguasainya juga.
Jikalau dikaitakan dengan fakta sosial Durkheim, ia juga memasukan bahasa sebagai fakta sosial dan menjadikannya sebagai contoh dan menjadikannya sebagai contoh yang paling mudah dipahami. Pertama, karena bahasa adalah “sesuatu” yang mesti dpelajari secara empiris kita tidak bisa memikirkan aturan logis bahasa secara filosofis. Tepatnya, semua bahasa memiliki aturan yang logis berdasarkan tata bahasa, pengucapan, pelafalan dan lainya.
Akan tetapi semua bahasa juga memiliki pengecualian yang penting terhadap aturan logis (Quine, 1972). Apa yang mengikuti atauran dan apa yang dikecualikan khususnya karena bahasa mengalami perubahan di sepanjang waktu dengan cara-cara yang tidak diramalkan. Kedua , bahasa adlah sesuatu yang berada diluar individu. Meskipun individu menggunakan bahasa, namun bahasa tidak dapat didefinisikan atau diciptakan oleh individu.
Fakta bahwa individu menggunakan bahasa untuk kepentingan diri mereka sendiri, menunjukan bahwa bahasa adalah faktor eksternal pertama bagi invidu dan butuh adaptasi bagi penggunaan bahasa. Ketiga, bahasa memaksa individu bahasa yang kita pakai membuat sesuatu benar-benar sulit  untuk dikatakan. Bahasa merupakan bagian dari sistem sosial yang membuat hidup dengan teman yang berjenis kelamin sama sulit meski setiap individu menerima dan menjalani hubungan itu secara personal.
            Terahir, perubahan dalam bahasa hanya bisa dipelajari melalui fakta sosial lain dan tidak bisa hanya dengan keinginan individu saja. Meskipun tidak jarang perubahan dalam bahasa bisa ditelesuri kepada individu, namun penjelasan aktual bagi perubahan tersebut tetap terletak pada fakta sosial yang membuat masyarakat terbuka terhadap perubahan ini. Misal bagian yang sangat mudah untuk berubah bahasa adalah bahasa gaul/slang, yang hampir selalu berasal dari kelompok masyarakat marginal. Kita bisa berasusmsi bahwa individulah yang pertama kali menciptakan ungkapan-ungkapan bahasa gaul, akan tetapi bahasa yang individual ini tetap tidak berhubungan. Inilah fakta kelompok sosial yang benar-benar menjelaskan sejarah dan fungsi bahasa gaul.[6]







Hasil angket penelitian 30 orang sampel yang diambil, dengan pertanyaan: 

Seberapa disiplin perturan di Asrama Sulaimaniyah bagi kalian?
Sumber : Penulis, 2013
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa peraturan yang ada di Asrama Sulaimaniyah sangat disiplin dan memaksa mereka harus taat pada semua perturan yang ada baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Berarti peraturan yang memaksa tersebut berada diluar individu atau merupakan faktor eksternal dari individu. oleh karena itu hasil penelitian ini masih ada hubungan dengan teorinya Emile Durkheim yaitu fakta sosial, karena menurutnya fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual. Peraturan didalam asrama ternyata dilandasi oleh Determinisme Moral, karena semua moralitas tampak sebagai sebuah sistem aturan tingkah laku. Akan tetapi semua teknik diatur secara sama oleh asas yang menentukan perilaku alat dalam kedaan tertentu.[7]

Penutup
Perturan yang diterapkan di Asrama atau Pondok Pesantren Sulaimaniyah yang berlokasi di Jalan Cipinang Baru Raya 25, Rawamangun, Jakarta Timur sebenarnya sangat bermanfaat bagi para santri dan mahasiswa selain untuk kemandirian mereka kedisiplinan dalam menghargai waktu meskipun peraturan yang sangat disiplin terkadang mengalianasi para murid.
Perkembangan IPTEK yang sangat cepat sudah sulit di filter oleh karena itu sistem peraturan asrama semakin ditegakan sebagai upaya filterisasi dalam menghadapi globalisasi dan modernisasi yang mengarah pada sekulerisasi. Salah satu upaya dalam memfilter dampak globalisasi dan modernisasi yang bersifat negatif diantaranya dengan agama, penanaman nilai-nilai bangsa dan sebagainya.
Dengan berbagai macam aturan yang berlaku diasrama seperti pelarangan menggunakan akun facebook, twitter, mendengarkan musik, serta wajib menguasai Bahasa Turki poin-poin tersebut merupakan kajian fakta sosial Emile Durkheim. Dengan ini penulis menarik benang merah tentang fenomena sosial yang terjadi di Asrama Sulaimaniyah dengan dialektika kritis seharusnya aturan-aturan tersebut disesuaikan dengan letak geografis.
Sebagai penutup sebenarnya aturan tersebut masih banyak yang melanggar, seharusnya didalam diri para santri ataupun mahasiswa ada kesadaran untuk mematuhi aturan yang bertujuan untuk kebaikan mereka, tetapi jika dilihat darp pelarangan akun twitter, facebook, music merupakan kebutuhan mahasiswa yang sulit di tinggalkan.

Daftar Pustaka


(2013, Juni Kamis). Retrieved from www.uicci.org.
Alkhudri, A. T. (2011). Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun. Bogor: Edukati Press.
Durkheim, Emile. (1991). Sosiologi dan filsafat. Jakarta: Erlangga. Dialihbahasakan oleh Soedjono Disdjosisworo
Ritzer, G., & Goodman, D. (2012). Teori Sosiologi Klasik. Bantul: Kreasi Wacana. Dialihbahasakan oleh Nurhadi
Soekanto, S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.




[1] Akhmad Tarmidji Alkhudri. 2011. Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun . Bogor. Hal: 178
[2] Soerjono Soekanto. 2012. Soiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persda. Hal: 351
[3]  www.uicci.org, di unggah, kamis, 06-06-13 pukul: 10.00 wib

[4] George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi Klasik. Bantul. Kreasi Wacana. dialihbahasakan oleh Nurhadi. Hal : 93
[5] George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi Klasik. Bantul. Kreasi Wacana. dialihbahasakan oleh Nurhadi. Hal : 81
[6] George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi Klasik. Bantul. Kreasi Wacana. Hal : 82
[7] Emile Durkheim. 1991. Sosiologi dan Filsafat. Jakarta. Erlangga. Dialihbahasakan oleh Soedjono Dirdjosisworo. Hal: 36

No comments:

Post a Comment