Asrama Sulaimaniyah Turki Berkembang
di Indonesia
(Studi Kasus : Asrama Sulaimaniyah
Pusat Cipinang,
Jakarta Timur, Peraturannya Sangat
Disiplin)
oleh :
BARDA HUDORI
( 4815120328 )
Pendahuluan
Ditengah
zaman modern ini yang khususnya banyak golongan yang akan menjauhkan agama dari
kehidupan atau yang disebut golongan sekuler. Jika dibandingkan dengan negara
yang sedang berselisih atau berperang mereka berperang menggunakan fisik,
senjata dan strategi berperang lainnya. Tetapi pada zaman yang serba canggih
ini manusia berperang melawan IPTEK yang bermuka dua antara dampak negatif dan
positif.
Berperang melawan IPTEK mungkin
sangatlah berat karena teknologi yang canggih ini sudah menggerogoti hampir
seluruh dunia, meskipun jika di analisis dampak dari IPTEK ini ada yang
bersifat membangun tetapi tidak bisa dielakan juga dampak negatifnya juga
sangatlah berbahaya, karena akibat teknologi yang cangggih negara-negara adikuasa
seperti Amerika Serikat, Rusia dan lainya sudah dapat menciptakan alat pemusnah
muka bumi yaitu nuklir, selain itu ada alat canggih yaitu internet, media massa
dan sebagainya yang sama-sama mempunyai dampak negatif akan masyarakat di dunia
ini.
Problematika pendidikan nasional
dewasa ini sangat kompleks. Kompleksitas tersebut merupakan implikasi dari kompleksitas
kehidupan yang semakin mengglobal. Oleh karena itu, dalam memetakan
problematika tersebut tentunya perlu diperhatikan dari sudut pandangan mana dan
dalam batasan apa kita melihat problematika realitas pendidikan nasional dewasa
ini. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah apa akar utama problem
pendidikan nasional saat ini ? Apa solusi serta visi pendidikan ke depan yang
dapat diharapkan dapat menjawab problemtika tersebut.
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, tentunya kita harus terlebih dahulu
mengidentifikasi problem-problem pendidikan dewasa ini. Pertama, problem ketidakjelasan paradigma pendidikan, manajemen
(kurikulum dan tenaga pengajar). Kedua,
problem relevansi pendidikan, metode pembelajaran, dan internalisasi kesadaran
peserta didik. Ketiga, problem
dikotomi antar nilai-nilai moral agama dan sains umum ketiga klasifikasi problem-problem pendidikan tersebut tentunya akan diprioritaskan yang paling
mendasar sebagai akar persoalan yang sangat mendasar selain itu IPTEK yang
disalahgunakan merupakan permasalahan juga yang harus di temukan solusinya.[1]
Asrama Sulaimaniyah merupakan asarma
atau pondok pesantren yang berdiri secara resmi atau melalui lembaga resmi yang
diresmikan oleh Menteri Sosial. Oleh krena itu berkaitan erat dengan pernyataan
Durkheim tentang sosiologi, menurutnya sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam
masyarakat dan proses-proses sosialnya dan ia menekankan penelitian
perbandingan karena sosiologi merupakan ilmu mengenal masyarakat.[2]
Perkembangan Asrama
Sejak didirikan
pada tahun 2005, hingga tahun 2012 Yayasan UICCI atau asrama Sulaimaniyah
asrama pusat di Indonesia telah meluluskan 69 lulusan, yang telah mengeyam
pendidikan tinggi Agama Islam yang sesuai dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah di
Istanbul, Turki. Lulusan-lulusan tersebut, telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dalam memperluas cakupan syiar Islam dengan metode pengajaran Islam
modern.
Pendiri atau pengagasnya yaitu oleh Sulaiman
Hilmi Tunahan k.s. Demi menjawab kebutuhan pendidikan Islam di seluruh penjuru
dunia, tenaga pengajar UICCI tak hanya lagi disebar ke cabang-cabang UICCI di
Indonesia, melainkan ke beberapa Islamic Centre (Pusat Kebudayaan Islam) yang
ada di berbagai belahan dunia.
Pada Juni 2012,
melalui mitra kerja UICCI di luar Indonesia, Yayasan UICCI telah mengirimkan
dua staf pengajar ke Suriname, Amerika Selatan. Sesuai dengan visinya yaitu
"Menuju Generasi Berilmu dan Bertaqwa", Yayasan UICCI akan terus
berkomitmen untuk menghasilkan tenaga-tenaga pengajar Islam yang kompeten
dengan membuka cabang-cabang baru di berbagai pelosok negeri guna menyediakan
tempat-tempat pembelajaran Agama Islam, dalam rangka menerapkan nilai-nilai
keislaman dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia.
Yayasan Pusat
Budaya Islam Indonesia ini dibentuk oleh beberapa orang Turki dan Indonesia
secara sukarela pada tahun 2005 dan sejak tahun 2011 telah berkembang menjadi 8
cabang yang tersebar di 3 pulau di Indonesia. Tujuan dibentuknya yayasan ini
adalah agar yayasan dapat menyampaikan bantuan dari para dermawan yang ada di
Turki maupun di Eropa pada warga Indonesia yang membutuhkannya, dan dengan
seiring berkembangnya zaman diharapkan dengan sebuah awal yang baik kepak sayap
bantuan ini dapat lebih berkembang sehingga bantuan tidak hanya dapat sampai
pada lebih banyak lagi orang yang membutuhkannya tetapi juga dapat dimulai
dalam bentuk dan berbagai bidang.
Dikarenakan
oleh posisinya yang berada tepat di tengah-tengah titik pusat gempa dan
dikelilingi oleh gugusan pegunungan berapi yang masih aktif, maka di negara
Indonesia yang beriklim tropis ini sering dijumpai bencana-bencana alam yang
cukup besar. Selain itu, sebagai Negara berpenduduk sekitar 230 juta jiwa yang
menyebabkannya menempati posisi ke-4 negara-negara terpadat di dunia maka
Indonesia mengalami hambatan untuk mencapai peradaban yang lebih maju. Hal ini
terbukti pula dengan adanya bencana Tsunami pada tahun 2004, pemulihan pasca
bencana tersebut masih belum benar-benar maksimal.
Dengan
perkembangan pesat yang tidak diprediksi sebelumnya, Yayasan kami telah
menyebar menjadi 8 cabang di 3 pulau terbesar di Indonesia hanya dalam kurun
waktu yang yang relatif singkat yaitu selama 6 tahun. Salah satu faktor yang
mendukung adanya keberhasilan ini adalah besarnya kecintaan dan perhatian
masyarakat muslim Indonesia terhadap yayasan Kami.
Pada setiap
terjadinya bencana alam di Indonesia, yayasan kami tidak pernah tinggal diam,
selalu mengemban tugas sebagai jembatan penghubung bagi bantuan dari begitu banyaknya
orang dari Turki dan Eropa yang secara sukarela ingin membantu
saudara-saudaramereka yang tertimpa bencana. Begitu pula proses pendistribusian
bantuan tersebut diupayakan agar kedua belah pihak, baik yang membantu maupun
yang menerima tidak dikecewakan.
Di Negara
kepulauan yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia ini, UICCI yang memiliki
misi utama untuk mencetak generasi muda penerus yang jujur dan berakhlak mulia
serta memiliki rasa cinta pada tanah air dan bangsanya ini, selalu menjalankan
kewajibannya tersebut dengan semangat sosial tanpa mencari keuntungan apapun
dan pada setiap tugas yang kami jalankan selalu berkoordinasi dengan badan-badan
pemerintah dan mendapat izin resmi dari Instansi-Instansi yang terkait.
Hingga saat ini,
dapat dikatakan yayasan ini selalu berada di manapun terjadinya bencana dan
walau sekecil apapun selalu berusaha memberikan sumbangsihnya bagi daerah yang
terkena bencana tersebut, dan hal ini telah menjadi seperti sebuah kewajiban
yang membanggakan bagi Kami. Dalam hal ini mengucapkan terima kasih kepada
saudara-saudara muslim yang telah membantu kami dan instansi terkait serta
pemerintah Indonesia yang telah mendukung keberadaan yayasan.[3]
Solidaritas Mekanik Dalam
Lingkungan Asrama
Asrama atau Pondok Pesantren Pusat dibagian
Asia Pasifik termasuk Asia Tenggara adalah Indonesia yang berlokasi di Jalan
Cipinang Baru Raya 25, Rawamangun, Jakarta Timur ini merupakan asrama yang
muridnya terdiri dari santri dan mahasiswa yang jumlahnya 145 diantaranya
mahasiswa 45 orang dan santri 100 orang.
Proses
pembelajaran santri sangat berbeda dengan mahasiswa dikarenakan santri disini
tujuannya adalah menghafal Al-Quran, belajar kitab, Fiqih dan Qiraat dan proses
pembelajaran nya dari jam delapan pagi sampai jam setengah Sembilan malam.
Sedangkan proses pembelajaran mahasiswa belajarnya sangat singkat dikarenakan
belajar perkuliahan juga di kampus. Oleh karena itu hanya satu jam setengah dari
jam tujuh malam sampai jam setengah Sembilan malam kecuali hari sabtu ada
pelajaran pagi dari jam setengah enam sampai jam dua belas siang selebihnya
bisa pulang ke ruamhnya masing-masing diasrama ini mahasiwa mempelajari tajwid,
kitab, Bahasa Arab, Bahasa Turki, dan Fiqih sesuai tingkatan kelasnya.
Diasrama Sulaimaniyah di
Cipinang, Jakarta Timur, peraturannya sangat disiplin dan ketat baik tentang
beribadah, kebersihan, menggunakan
peralatan elektronik harus sesuai waktunya, tidur dan bangun harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
sebagainya. Dalam beribadah shalat lima waktu harus selalu berjamaah di masjid
asrama.
Jikalau ada seorang santri ataupun
mahasiswa tidak melakukan shalat
berjamaah di masjid, maka akan mendapat sanksi berupa dipermalukan didepan banyak
santri atau mahasiswa dengan membacakan pernyataan tidak akan mengulangi
perbuatan tersebut. Ini juga berlaku ketika waktu makan, apabila waktu makan sudah
habis santri dan mahasiswa dilarang vvmengambil makanan di dapur jikalau bersi
keras mengambil tanpa ijin akan diberi sangsi berupa piket dapur.
Oleh karena itu kejadian di Asrama
Sulaimaniyah ini ada hubungannya dengan solidaritas mekanik yang didasarkan
pada suatu kesadaran kolektif bersama, yang menunjuk pada totalitas
kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada
masyarakat yang sama. Solidaritas ini merupakan bentuk yang tergantung pada
individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut pemikiran
normatif yang sama pula. Menurut Durkheim, indikator yang paling jelas untuk
solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hukum-hukum yang bersifat
menekan atau repressive.
Maksud dari hukum ini adalah apabila terdapat
suatu kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya, maka kesalahan tersebut
dianggap sebagai perbuatan jahat dan sanksi yang dapat diterima tidak bersifat
rasional dan kemarahan kolektif dari anggota lainnya.[4]
Dilarangnya Penggunaan Akun
Twitter, Facebook
Seiring berkemangbangnya dunia maya, dan yang
dikenal saat ini adalah internet berbagai program dan aplikasi terdapat didalam
komputer yang tersambung didalam internet tersebut oleh karena itu internet
membawa pengaruh pada masyarakat dunia pada zaman modern ini. Di asrama
sulaimaniyah semua perturan asarama bersumber dari Istanbul jadi semua asrama
yang berada di seluruh dunia harus taat dan tunduk akan aturan tersebut.
Facebook dan akun twitter adalah
jejaring sosial untuk memperat hubungan pertemanan di dalam masyarakat luas
didalam negeri kita sampai juga mancanegara. Sebelumnya asrama sulaimaniyah
membolehkan para santri ataupun mahasiswa menggunakan akun tersebut karena
dapat mempererat hubungan para santri sulaimaniyah yang ada diberbagai daerah
Indonesia, daerah Asia Tenggara, Asia Pasifik, dan bahkan diseluruh dunia.
Akun facebook dan twitter semakin
berkembang dari segi pengguna maupun programnya oleh karena itu pasti ada
dampak positif dan negatif dari kemajuan akun tersebut. Menurut pandangan para
ustad atau abi di Pesantren Sulaimaniyah yang berada di Turki mereka
beranggapan bahwa dampak dari akun tersebut lebih banyak dampak negatifnya.
Padahal khusnya untuk mahasiswa facebook
dan twitter sangat penting untuk kegiatan
perkuliahan mereka baik mengenai tugas-tugas kuliah maupun untuk organisasi dan
kegiatan penting lainnya.
Berdasarkan pertimbangan
dampak negatif dan positif dari akun facebook dan twitter maka seluruh santri, mahasiswa dan para ustad dilarang
menggunakan kedua akun tersebut karena para ulama atau ustad di Turki
bersepakat bahwa menggunakan facebook
dan twitter hukumnya haram. Oleh
karena itu jika ada warga asrama yang menggunakan akun tersebut akan diberikan
sanksi.
Haramnya Mendengarkan Musik
Alunan musik dapat membuat hati kita menjadi
semangat, tentram, sedih dan sebagainya. Musik pada zaman sekarang berkembang
dengan pesat, alirannya semakin berkembang mulai dari Jazz, Pop, Dangdut, Rock,
Rege dan sebagainya. Penikmat dan orang yang ahli musik diseluruh dunia semakin
berkembang dan bertambah mulai dari anak-anak, remaja dan kalangan orang tuapun
menyukai musik.
Karena dilingkungan asrama suasana islamnya
sangat kental dan fanatik, maka mereka melarang bahkan mengharamkan musik untuk
didengarkan. Mereka beranggapan bahwa Rasulullah melarang mendengarkan musik
ataupun memainkannya, karena ketika Rasulullah datang di Madinah masyarakatnya
ada yang menyambut dengan semacam kendang atau rabanna yang sekarang dikenal dengan pengiring kasidahan
atau band tabok.
Rasulullah pun diam saja
akan sambutan tersebut dengan diamnya Rasulullah maka band tabok atau rabbana
masih diperbolehkan. Di haditspun ada yang mengharamkan mendengarkan musik. Oleh
karena itu warga asrama yang terdiri dari para ustad, santri dan mahasiswa
dilarang mendengarkan dan memainkan alat musik modern tersebut.
Hubungan Aturan Asrama Dengan
Fakta Sosial
Dengan berbagai aturan yang memaksa individu diasrama sehingga mereka harus
mematuhi aturan yang mengikat didalam sistem tersebut.karena semua yang tinggal
diasrama tersebut mendapatkan fasilitas yang gratis. Gartis disini sebenarnya ada
beban moral karena dana tersebut merupakan Baitul
Mal yang
dihimpun dari masyarakat muslim untuk kepentingan umat oleh karena itu warga
asrama harus bertanggung jawab memakainya.
Fakta sosial adalah seluruh cara
bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai
sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah
seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang
sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.”
Kutipan ini menjelaskan bahwa
Durkheim memberikan dua definisi untuk fakta sosial agar sosiologi bisa
dibedakan dari psikologi. Pertama, fakta sosial adalah pengalaman sebagai
sebuah paksaan eksternal dan bukannya dorongan internal. Kedua, fakta sosial
umum meliputi seluruh masyarakat dan tidak terikat pada individu partikular apapun.
Durkheim berpendapat bahwa fakta
sosial tidak bisa direduksi kepada individu, namun esti dipelajari sebagai
realitas mereka. Durkheim menyebut fakta sosial dengan istilah Latin sui
generis, yang berarti “unik”
Durkheim sendiri memberikan beberapa
contoh tentang fakta sosial, termasuk aturan legal, beban moral, dan
kesepakatan sosial. Dia juga memasukkan bahasa sebagai fakta sosial dan
menjadikannya sebagai contoh yang paling mudah dipahami, karena bahasa adalah
sesuatu yang mesti dipelajari secara empiris, bahasa adalah sesuatu yang berada
di luar individu, bahasa memaksa individu, dan perubahan dalam bahasa hanya
bisa dipelajari melalui fakta sosial lain tidak bisa hanya dengan keinginan
individu saja.[5]
Durkheim mengemukakan dengan tegas
tiga karakteristik yang berbeda, yaitu, gejala sosial bersifat eksternal
terhadap individu, hampir setiap orang telah mengalami hidup dalam satu situasi
sosial baru, mungkin sebagai anggota baru dari satu organisasi, dan merasakan
dengan jelas bahwa ada kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang sedan di amati
yang tidak ditangkap atau dimengertinya secara penuh. Dalam situasi serupa itu,
kebiasaan dan norma ini jelas dilihat sebagai sesuatu yang eksternal.
Fakta itu memaksa individu, jelas
bagi Durkheim bahwa individu dipaksa, dibimbing, diyakinkan, didorong atau
dengan cara tertentu dipengaruhi oleh berbagai ftipe fakta sosia dalam
lingkungan sosialnya. Seperti yang ia katakana bahwa tipe-tipe perilaku atau
berfikir ini mempunyai kekuatan memaksa yang karenanya mereka memaksa individu
terlepas dari kemauannya sendiri.
Fakta itu bersifat umum, fakta tersebar secara
meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain fakta sosial itu merupakan
milik bersama, bukan sifat individu perorangan. Fakta sosial ini benar-benar
bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat
kolektifnya ini.
Bahasa Turki
Diwajibkan Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Turki masuk kelima besar bahasa tersulit
didunia, dan di Asrama Sulaimaniyah diberikan materi bahasa tersebut karena
cikal bakal asrama tersebut bersal dari Turki. Didalam keseharian santri dan
mahasiswa dilingkungan asrama selalu mendengarkan ustad Indonesia dan ustad
dari turki berkomunikasi bahasa persatuan tersebut terkadang santri dan
mahasiswa kebingungan.
Bahasa tersebut dipergunakan setiap harinya
agar mereka terbiasa, karena khususnya bagi santri yang sudah menyelesaikan
pendidikan disini selama dua tahun akan melanjutkan diasrama Turki yang proses
pembelajarannya menggunakan bahasa Turki. Berlaku juga mahasiswa yang akan
melanjutkan pendidikan S2 nya di Turki
harus menguasainya juga.
Jikalau dikaitakan dengan fakta sosial
Durkheim, ia juga memasukan bahasa sebagai fakta sosial dan menjadikannya
sebagai contoh dan menjadikannya sebagai contoh yang paling mudah dipahami. Pertama, karena bahasa adalah “sesuatu”
yang mesti dpelajari secara empiris kita tidak bisa memikirkan aturan logis
bahasa secara filosofis. Tepatnya, semua bahasa memiliki aturan yang logis
berdasarkan tata bahasa, pengucapan, pelafalan dan lainya.
Akan tetapi semua bahasa juga memiliki
pengecualian yang penting terhadap aturan logis (Quine, 1972). Apa yang
mengikuti atauran dan apa yang dikecualikan khususnya karena bahasa mengalami
perubahan di sepanjang waktu dengan cara-cara yang tidak diramalkan. Kedua ,
bahasa adlah sesuatu yang berada diluar individu. Meskipun individu menggunakan
bahasa, namun bahasa tidak dapat didefinisikan atau diciptakan oleh individu.
Fakta bahwa individu menggunakan bahasa untuk
kepentingan diri mereka sendiri, menunjukan bahwa bahasa adalah faktor
eksternal pertama bagi invidu dan butuh adaptasi bagi penggunaan bahasa. Ketiga,
bahasa memaksa individu bahasa yang kita pakai membuat sesuatu benar-benar
sulit untuk dikatakan. Bahasa merupakan
bagian dari sistem sosial yang membuat hidup dengan teman yang berjenis kelamin
sama sulit meski setiap individu menerima dan menjalani hubungan itu secara
personal.
Terahir,
perubahan dalam bahasa hanya bisa dipelajari melalui fakta sosial lain dan
tidak bisa hanya dengan keinginan individu saja. Meskipun tidak jarang
perubahan dalam bahasa bisa ditelesuri kepada individu, namun penjelasan aktual
bagi perubahan tersebut tetap terletak pada fakta sosial yang membuat
masyarakat terbuka terhadap perubahan ini. Misal bagian yang sangat mudah untuk
berubah bahasa adalah bahasa gaul/slang, yang hampir selalu berasal dari
kelompok masyarakat marginal. Kita bisa berasusmsi bahwa individulah yang
pertama kali menciptakan ungkapan-ungkapan bahasa gaul, akan tetapi bahasa yang
individual ini tetap tidak berhubungan. Inilah fakta kelompok sosial yang
benar-benar menjelaskan sejarah dan fungsi bahasa gaul.[6]
Hasil angket penelitian 30 orang
sampel yang diambil, dengan pertanyaan:
Seberapa
disiplin perturan di Asrama Sulaimaniyah bagi kalian?
Sumber : Penulis, 2013
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa peraturan
yang ada di Asrama Sulaimaniyah sangat disiplin dan memaksa mereka harus taat
pada semua perturan yang ada baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Berarti
peraturan yang memaksa tersebut berada diluar individu atau merupakan faktor
eksternal dari individu. oleh karena itu hasil penelitian ini masih ada
hubungan dengan teorinya Emile Durkheim yaitu fakta sosial, karena menurutnya fakta sosial
adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri
individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta
sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan
pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi
individual. Peraturan didalam asrama ternyata dilandasi oleh Determinisme Moral, karena semua
moralitas tampak sebagai sebuah sistem aturan tingkah laku. Akan tetapi semua
teknik diatur secara sama oleh asas yang menentukan perilaku alat dalam kedaan
tertentu.[7]
Penutup
Perturan yang
diterapkan di Asrama atau Pondok Pesantren Sulaimaniyah yang berlokasi di Jalan Cipinang Baru Raya 25, Rawamangun, Jakarta
Timur sebenarnya sangat bermanfaat bagi para santri dan mahasiswa selain untuk
kemandirian mereka kedisiplinan dalam menghargai waktu meskipun peraturan yang
sangat disiplin terkadang mengalianasi para murid.
Perkembangan
IPTEK yang sangat cepat sudah sulit di filter oleh karena itu sistem peraturan
asrama semakin ditegakan sebagai upaya filterisasi dalam menghadapi globalisasi
dan modernisasi yang mengarah pada sekulerisasi. Salah satu upaya dalam
memfilter dampak globalisasi dan modernisasi yang bersifat negatif diantaranya
dengan agama, penanaman nilai-nilai bangsa dan sebagainya.
Dengan berbagai
macam aturan yang berlaku diasrama seperti pelarangan menggunakan akun
facebook, twitter, mendengarkan musik, serta wajib menguasai Bahasa Turki
poin-poin tersebut merupakan kajian fakta sosial Emile Durkheim. Dengan ini
penulis menarik benang merah tentang fenomena sosial yang terjadi di Asrama
Sulaimaniyah dengan dialektika kritis seharusnya aturan-aturan tersebut
disesuaikan dengan letak geografis.
Sebagai penutup
sebenarnya aturan tersebut masih banyak yang melanggar, seharusnya didalam diri
para santri ataupun mahasiswa ada kesadaran untuk mematuhi aturan yang
bertujuan untuk kebaikan mereka, tetapi jika dilihat darp pelarangan akun
twitter, facebook, music merupakan kebutuhan mahasiswa yang sulit di
tinggalkan.
Daftar Pustaka
(2013, Juni Kamis). Retrieved from www.uicci.org.
Alkhudri, A. T. (2011). Pemikiran Pendidikan
Ibnu Khaldun. Bogor: Edukati Press.
Durkheim, Emile. (1991). Sosiologi dan filsafat.
Jakarta: Erlangga. Dialihbahasakan oleh Soedjono Disdjosisworo
Ritzer, G., & Goodman, D. (2012). Teori
Sosiologi Klasik. Bantul: Kreasi Wacana. Dialihbahasakan oleh Nurhadi
Soekanto, S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[1]
Akhmad Tarmidji Alkhudri. 2011. Pemikiran
Pendidikan Ibnu Khaldun . Bogor. Hal: 178
[2]
Soerjono Soekanto. 2012. Soiologi Suatu
Pengantar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persda. Hal: 351
[4] George
Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori
Sosiologi Klasik. Bantul. Kreasi Wacana. dialihbahasakan oleh Nurhadi. Hal : 93
[5] George
Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori
Sosiologi Klasik. Bantul. Kreasi Wacana. dialihbahasakan oleh Nurhadi. Hal : 81
[6] George Ritzer dan
Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi
Klasik. Bantul. Kreasi Wacana. Hal : 82
[7]
Emile Durkheim. 1991. Sosiologi dan
Filsafat. Jakarta. Erlangga. Dialihbahasakan oleh Soedjono Dirdjosisworo.
Hal: 36
No comments:
Post a Comment