Tuesday 3 September 2013

Komunitas Jalanan Sebagai Patologi Sosial


Komunitas Jalanan Sebagai Patologi Sosial
 (Studi Kasus: Keberadaan Komunitas Vespa Gembel di DKI Jakarta)
oleh : Rifqoh Haniyah

Pendahuluan
            Kehidupan masyarakat layaknya roda berputar, kadang berada diatas, kadang pula harus merasakan berada dibawah. Dimana setiap langkah atau peranan di dalam masyarakat selalu berhubungan. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu mengalami masa dimana segala perbedaan bermunculan. Cara mengatasi segala perbedaan dengan adanya general agreement – memiliki daya mengatasi perbedaan pendapat dan kepentingan diantara para anggota masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Dengan demikian, masyarakat tengah mengalami suatu sistem struktural fungsional dimana pada awalnya muncul cara menganalogikan masyarakat dengan organisme biologis. Hal ini beranggapan bahwa masyarakat bila dilihat secara sosiologis seperti struktur tubuh yang mempunyai relasi fisiologis. Dalam kehidupan bermasyarakat, apabila terjadinya disfungsi sosial, maka akan terjadi konflik sosial.[1]
            Sistem sosial pada dasarnya terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi antar individu, yang tumbuh dan berkembang melalui nilai dan norma yang telah disepakati bersama oleh para anggota. Dimana setiap orang menganut dan mengikuti sistem yang sama mengenai situasi – situasi tertentu (sharing the same definition of the situation)[2]. Dari interaksi ini, memunculkan keselarasan satu dengan yang lain di dalam sebuah tingkat integrasi tertentu. maka dari itu, sebagai anggota masyarakat, tak bisa dihindarkan untuk berinteraksi. Karena interaksi merupakan bagian dari komunikasi yang sangat penting untuk merealisasikan nilai dan norma yang telah dianut.
            Bila interaksi yang baik menghasilkan integrasi yang baik, maka interaksi dari anggota masyarakat yang kurang tepat dan berhasil juga akan mengahsilkan disintegrasi atau konflik dalam struktur masyarakat. Hal ini berkaitan dengan munculnya banyak pemberontak akan nilai dan norma. Mereka membuat kelompok-kelompok sosial mereka untuk mengemukakan ketidakpuasan mereka. Mereka dikenal arogant, pembuat kerusakan atau hanya menunjukkan hal-hal yang tidak biasa didalam masyarakatnya sehingga bermunculkan banyak fenomena-fenomena penyakit sosial.
            Berangkat dari pernyataan diatas, penulis ingin mengangkat masalah tentang penyakit sosial dimana di dalam struktur masyarakat tertentu tengah terjadi disintegrasi dan bermunculan banyaknya komunitas-komunitas baik yang bersifat positif ataupun negatif. Tetapi fokus utama dari penulis yaitu mengkaji munculnya komunitas yang dianggap sebagai penyakit sosial atau patologi sosial. Mengangkat fenomena komunitas anak jalanan, “Komunitas Vespa Gembel”. Komunitas yang sudah merambat sangat jauh kehidupan masyarakat terutama masyarakat DKI Jakarta yang sudah tidak lagi menjadikan mereka sebuah pemandangan baru. Mereka muncul karena merasa teralienasi didalam lingkungan tempat tinggal mereka yang kemudian mereka membutuhkan wadah yang dapat mendengar dan merealisasikan aspirasi mereka. Mereka juga membuat sebuah media untuk memperlihatkan eksistensi mereka, yaitu media komunitas[3]. Media ini dibuat sebagai media perjuangan rakyat dalam melawan hegemoni media maentrem yang tidak pernah berpihak pada kepentingan rakyat kecil. Merasa masyarakat tidak memikirkan kepentingan rakyat kecil sehingga menimbulkan ruang isolasi bagi mereka.




Vespa gembel sebagai sebuah status sosial
            Pada awalnya, perkembangan vespa dimulai pada pengusaha pesawat terbang, Piaggio, Italia. Sebelum memproduksi vespa, Piaggio memproduksi peralatan kapal, rel kereta api, gerbong kereta api hingga pada saat perang dunia I, Piaggio mulai memroduksi pesawat terbang. Seiring perkembangan waktu, Italia pada saat itu tengah mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Dengan inisiatif yang tinggi, Piaggio mengambil alih usaha ayahnya itu, (Rinaldo Piaggio), dan membuat transportasi dengan harga murah, maka dari itu dibentuklah motor vespa ini. Menurut perkembangan dari berbagai sumber, vespa dibentuk pada tahun 1945. Kata ”Vespa” berasal dari kata ”Wesp” yang berarti” binatang penyengat atau lebah”. Memang konstruksi Vespa jika dilihat dari atas terlihat seperti lebah. Dalam perkembangannya, Vespa tidak hanya di pasarkan di Italia, tetapi juga laris di Perancis, Inggris, Jerman, Spanyol, Brasil serta India[4]. Karena minat konsumen yang begitu besar, Vespa juga di produksi di Jerman dan Inggris.
Kemudian muncul Begitu banyak perkumpulan – perkumpulan, komunitas – komunitas yang mengatasnamakan pecinta vespa. Nama untuk perkumpulan ini sangat beragam, salah satu yang sedang menjadi fokus masyarakat yaitu, perkumpulan “vespa gembel”. Mereka memberi nama dengan maksud agar eksistensi mereka diakui di masyarakat. Bermula dari vespa rombeng sekitar tahun 1980 – 1995an. Mereka menganggap bahwa kondisi motor mereka adalah sebuah karya seni unik yang tak semua orang dapat menggunakannya. “orang kaya boleh memamerkan kekayaannya, kami dengan bangga memamerkan kegembelan kami, tetapi hati kami belum tentu jahat”, begitu tanggapan mereka tentang perkumpulan mereka. Komunitas ini juga berhubungan dengan status. Karena status merujuk pada suatu komunitas, kendatipun agak sedikit tak berbentuk. “situasi status” didefinsikan weber sebagai komponen tipial kehidupan manusia yang ditentukan oleh estimasi sosial tentang derajat martabat tertentu, positif atau negatif[5].
Sudah menjadi semacam patokan umum kalau suatu status dijadikan gaya hidup. Komunitas vespa gembel ini juga telah memberikan status sosial untuk dirinya. Mereka mengartikan komunitas mereka sebagai gaya hidup. Dimana orang – orang yang kaya menjadikan gaya hidupnya menjadi konsumerisme, shopping di mall, tetapi mereka membuat gaya hidup mereka layaknya gembel, dekil, kumel, itulah yang mereka anggap trend. Dari desain motor yang berantakan tak karuan, menggunakan sampah-sampah sebagai hiasannya, kepala hewan yang sudah diawetkan sampai gaya berpakaiannya pun lusuh dan menunjukkan bahwa mereka hanya anak jalanan yang gembel tak terdidik. Status disini bergerak pada tatanan sosial. Dimana kehidupan sosial tempat ia tinggallah yang berperan apakah berpengaruh pada kehidupannya atau tidak. Tatanan sosial berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan. Mereka membuat sebuah tatanan sosial baru untuk memenuhi kebutuhan mereka. Entah itu kebutuhan fisik maupun non fisik. Jika mereka berkeyakinan bahwa kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan mereka, mengapa tidak? Inilah salah satu faktor mereka mendirikan sebuah komunitas. Kebutuhan akan seni, kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, karena komunitas vespa gembel ini tak lepas dari yang namanya seni, semua yang mereka kerjakan, memodiv motor mereka sedemikian rupa merupakan sebuah seni artistik bagi mereka tidak boleh orang mengganggu pergerakan di luar komunitas mereka.
Kemudian tatanan yang mereka bentuk adalah sebuah lingkungan sosial baru. Dengan mereka membuat komunitas ini, artinya mereka membuat dunia baru, lingkungan baru yang tidak berpengaruh pada dunia aslinya. Mereka sudah menciptakan dunia mereka dengan anggota – anggotanya sehingga mereka merasa bebas dengan segala aktivitas mereka. Selain itu mereka juga sebenarnya sedang membina suatu interaksi sosial yang sangat rapih. Mereka berinteraksi satu dengan yang lain atas dasar persamaan status dan peran sosial yang diatur dalam seperangkat nilai dan norma yang telah disepakati. Adanya hubungan timbal balik diantara mereka yang menimbulkan suatu product baru dari interaksi mereka.
Vespa Gembel Suatu Ikatan Solidaritas Mekanis
            Ikatan solidaritas merupakan sebuah ikatan sosial yang dibuat oleh anggota masyarakat untuk bertahan hidup bersama anggota kelompoknya. Durkheim membagi tipe solidaritas menjadi dua, solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Kini, yang menjadi fokus penulis yaitu solidaritas mekanik. Dimana merupakan ikatan sosial yang satu padu, semua anggota karena semuanya merupakan generalis. Mereka terbentuk karena satu visi dan misi, satu tujuan yang sama sehingga mereka membentuk solidaritas untuk mewujudkannya. Selain itu, ikatan solidaritas mekanik hadir karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memililki tanggung jawab yang sama.
            Komunitas vespa gembel membentuk sebuah ikatan solidaritas mekanik yang dimanfaatkan mereka untuk bertahan hidup. Mereka tidak memandang asal-usul para anggota, yang jelas mereka mempunyai tujuan yang sama, keinginan yang sama, sehingga mereka mempunyai rasa empati antar anggota dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Pada saat mereka mengadakan tour, salah satu dari mereka ada yang bermasalah pada motornya. Tanpa berfikir panjang, tanpa berfikir kenal atau tidak, melihat fenomena itu mereka berlomba-lomba untuk menolong, memperbaiki, atau minimal mengangkut motornya untuk didesain ulang. Seperti pada fenomena Minggu, 26 Mei 2013 kemarin di Ragunan, Jakarta Selatan, ada satu motor yang sedang ada masalah di ujung jalan, salah satu dari mereka hanya datang dan menanyakan beberapa spare part motor, tanpa basa-basi beberapa dari mereka langsung menghampiri temannya yang bermasalah dan membantu memperbaiki motor tersebut. Ada yang mendorong hingga pinggiran jalan, ada yang sibuk mencarikan alat yang cocok, dsb. Hal ini  menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebagai anak jalanan yang kotor, rusuh tetapi mereka adalah sebuah kesatuan yang utuh, dimana jika salah satu dari mereka ada yang kesusahan, mereka tidak tinggal diam, mereka dengan sigap menolongnya.
Durkheim berpendapat bahwa masyarakat yang memiliki ikatan solodaritas mekanik seperti masyarakat primitif memiliki kesadaran kolektif yang lebih kuat, yaitu pemahaman, norma, dan kepercayaan bersama[6]. Kesadaran kolektif dalam solidaritas mekanis ini melingkupi seluruh masyarakat dan seluruh anggotanya, dia sangat diyakini, sangat rigid, dan isinya sangat religius. Interaksi yang dibuat bersifat menyeluruh, tidak berat sebelah, tidak memihak. Interaksi juga sangat kental dengan nilai-nilai yang mereka yakini. Ada sejumlah aturan nilai dan norma yang telah mereka sepakati. Bagi yang melanggar akan mendapat hukuman. Hukuman yang diberikan bersifat represif. Hukuman yang diberikan setelah kejadian dan bertujuan agar menghasilkan efek jera pada pelanggarnya. Seberat apapun hukumannya mereka tidak merasa dirugikan karena hukumannya bersikap adil, semuanya akan merasakan tidak satu pihak saja. Jika ada yang tertangkap mencuri maka ketua atau pemimpin komunitas vespa gembel ini tidak segan-segan untuk memotong tangannya.
Vespa gembel sebagai patologi sosial
            Patologi sosial diartikan sebagai suatu keadaan dimana tidak sejalan dengan keadaan di masyarakat yang sebenarnya atau disebut masyarakat abnormal atau masyarakat yang sedang sakit. Kehadiran komunitas vespa gembel dapat diartikan sebagai masyarakat sakit atau patologi. Karena mereka membuat, melakukan, beraktivitas tidak sesuai dengan kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya. Mereka berlaku layaknya gembel, mengganggu lalu lintas, memodiv motor segala bentuk, diartikan dalam persepsi masyarakat bahwa mereka masuk ke dalam patologi. Mereka sering mendapat hinaan, cacian, bahkan diusir dari lingkungannya karena dianggap hanya sebagai “sampah masyarakat” tanpa melihat terlebih dahulu aktivitas yang dilakukan. Tetapi yang terlihat pada masyarakat hanya kelakuan-kelakuan yang negatif. mereka bertatto di hampir sekujur tubuh, memakai anting dimana-mana, mengubah motor menjadi sampah, ketika berjalan suara motor memekikkan telinga semua hal ini dijadikan suatu penyakit parah oleh masyarakat sehingga mereka harus diusir. Seperti pada kasus di surabaya, Korlantas Polri melarang mereka untuk masuk ke jalan-jalan utama karena mengganggu lalu lintas. Motor yang terlalu rendah sehingga tidak kelihatan oleh pengguna kendaraan roda empat hingga dapat menimbulkan tabrakan dan kecelakaan lainnya. Sewaktu pulang dari ragunan (26/05) sepanjang jalan mereka dengan santai memarkirkan motor-motor mereka dipinggir jalan sampai mengakibatkan kemacetan panjang. Banyak masyarakat yang ikut menghina mereka, supir angkutan umum pun ikut mencemooh mereka bahkan ada yang menyumpahi. Tetapi apakah mereka berfikir? Mereka tetap asik minum-minum, tidur-tiduran dan memetik sejumlah deaunan dan sejenisnya untuk menghias motornya.
            Jika terlepas dari masalah ini semua, sebenarnya masalah patologi ini menjadi kuat karena adanya ketidakpahaman tentang tindakan apa yang harus dilakukan yang cocok bagi dirinya dan yang tidak cocok bagi dirinya dan apakah tindakan yang dilakukan dapat diterima atau tidak. Perlu adanya uluran tangan masyarakat untuk mensosialisasikan peranan di dalam masyarakat. Misalkan mengaktifkan karang taruna, remaja masjid, dan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat sehingga mereka telah paham dan mengerti tentang peranan yang harus dijalankan di dalam masyarakat. Tentunya kembali lagi kepada kepercayaan moralitas. Nilai-nilai moral harus kembali dikembangkan dalam tatanan masyarakat sehingga semua anggota masyarakat tidak merasa terancam satu dengan yang lainnya. Selain itu, individu bisa menjadi terisolasi dan hanyut dalam kekhusuan aktivitas masing-masing[7]. Mereka sangat mudah kehilangan rasa kebersamaan dengan orang-orang yang bekerja dan hidup di sekelilingnya. Mereka merasa terancam dengan lingkungannya dan hubungan kekeluargaan telah hilang karena orang-orang sekelilingnya bukanlah orang-orang yang sepaham dengannya sehingga ia merasa terisolasi walau di daerah tempat tinggalnya. Dari mereka ada yang sampai keluar dari lingkungannya karena sudah tak tahan dianggap “sampah masyarakat” dan tidak ada lagi ruang gerak untuknya beraktivitas dan berkarya semuanya menolak kehadirannya yang menjadikan ia seperti memberontak dan bergabung dengan komunitas ini. Ada pula yang tetap bertahan walau cacian tetap mengintai seperti bayangan diri yang selalu mengikuti langkah kita. Mereka membuat semacam markas untuk bersikeras menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka layak untuk diakui. Namun tidak banyak yang berhasil.
            Dari informasi salah satu anggota komunitas vespa gembel, sebut saja x, dia mengaku bergabung dengan komunitas vespa gembel bukan karena ekonomi yang pada umumnya tetapi hanya sebagai lifestyle. Sebenarnya dia anak orang kaya, terdidik, ramah, tetapi dia suka tantangan sehingga dia memutuskan untuk mengubah gayanya menjadi gembel seperti gaya rambut yang dikepang layaknya sapu ijuk, celana robek-robek, dsb dan juga mendesign ulang motornya yang padahal sudah keren. Entah apa motiv dibalik itu semua tetapi ia masih sering melatih anak-anak pramuka di sebuah smp negeri.
            “saya hanya iseng seperti ini, hanya ingin meluapkan seni saya tidak untuk mengubah semua kehidupan saya, saya juga kan masih mempunyai amanah disejumlah sekolah jadi ya ini dijadikan sebuah hiburan saja. Jika masyarakat menganggapnya sebagai “sampah masyarakat” saya gak merasa seperti itu karena saya pure hanya untuk hiburan semata. Semenjak saya bergabung, banyak ilmu yang saya dapatkan dengan mereka, seperti bagaimana cara memodivikasi motor, menghias walau kelihatannya gembel tetapi mereka bisa mengubahnya menjadi keren tetapi kan kita ingin membuat ciri khas agar diakui” (waktu bertemu saat latihan pramuka tahun 2009).
            Pernyataan itu menunjukkan bahwa keanggotaan pada komunitas vespa gembel ini tidak hanya berdasarkan ekonomi semata dan juga bukan karena rakyat kecil tetapi karena hobby lah yang memotivasi dia untuk bergabung walau apapun konsekuensinya. Tidak memikirkan dampak yang akan terjadi, dia tetap ikut yang penting tidak berbuat kerusakan. Mungkin dari pernyataan inilah setidaknya pemikiran masyarakat akan terbuka tentang mereka dan mencoba menyamakan mereka dengan anggota kelompok lainnya.

Penutup
            Kehidupan manusia tidak ada yang pasti. Kadang merasa berada diatas kadang pula berada dibawah. Kesemua itu merujuk pada sebuah equilibrium yang ada dalam struktur masyarakat. Masyarakat dianalogikan sebagai struktur fungsional dimana apabila ada sebuah struktur yang tidak berjalan dengan semestinya maka akan terjadi disintegrasi atau konflik sosial.
            Dalam struktur masyarakat pasti terjadi interaksi sosial. Dimana terjadi karena adanya persamaan akan nilai dan norma yang dijalankan sebagai anggota masyarakat untuk mencapai integrasi. Interaksi pun dijalankan untuk mencapai keselarasan dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila interaksinya berjalan baik akan menghasilkan integrasi yang baik pula namun sebaliknya, apabila integrasiya tidak berjalan dengan baik maka integrasi buruk yang terjadi. Seperti pada kasus munculnya komunitas vespa gembel. Kehadiran mereka hasil dari integrasi yang tidak sempurna karena adanya rasa ketidakpuasan atas apa yang telah digariskan pada masyarakat itu. Mereka merealisasikan apa yang mereka inginkan melalui membuat sebuah komunitas yang menarik banyak perhatian masyarakat luas.
             Mereka dianggap sebagai patologi sosial. Karena berkelakuan berbeda dengan apa yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Mereka melakukan segala aktivitas diluar nalar masyarakat. Seperti, berpenampilan layaknya gembel jalanan, gembel, kusam, lusuh dan bertatto yang membangun persepsi masyarakat bahwa mereka adalah sampah masyarakat. Selain itu mereka juga merubah gaya motor mereka dari normal menjadi luar biasa. Mengganti pelk motor asli dengan sampah, daun bahkan binatang yang sudah diawetkan. Semakin gembel semakin bagus. Mereka sama sekali tidak memikirkan pandangan masyarakat yang terpenting bagi mereka, mereka bisa menunjukkan eksistensi mereka.
            Hampir semua masyarakat di sekitarnya berpendapat bahwa mereka hanyalah sampah masyarakat yang harus dibuang jauh-jauh. Hanya berbuat kerusakan dan mengganggu keamanan masyarakat. Dalam hal ini penulis berharap agar masyarakat bisa hdup berdampingan tanpa adanya rasa terancam atau terisolasi. Semua anggota masyarakat berhak untuk hidup damai tanpa ancaman. Sebagai anggota masyarakat haruslah bahu-membahu demi kerukunan. Itu semua agar tercipta situasi politik yang kondusif atau dikenal dengan social order.


Daftar pustaka
Budiono, IG. 2008. Kisah Perlawanan. Jakarta : Kompas
Irfan Ardinata, B. 2013. Vespa Dilarang Masuk Surabaya. Solo : Mikael Solo
Nasikun. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Ritzer, George, Douglas. J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi. Yogyakarta : Kreasi Wacana
S.K, Ibrahim. 2011. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Struktur Masyarakat Bajo. Sulawesi Selatan







[1] Auguste comte. Teori sosiologi (george ritzer and douglas j. Goodman , 2008)
[2] Nasikun. Sistem sosial indonesia. Jakarta :  Raja Grafindo Persada. h. 15
[3] Ibrahim SK, Jaringan Radio Komunitas Sulawesi Tenggara : 08:59
[4] pelangisejutawarna.wordpress.com/2011/03/07
[5] 1921/1968: 932
[6] Durkheim, teori sosiologi, h. 92
[7] Ibid., h. 95

No comments:

Post a Comment