Nama : Danies Mudeatama
No.
Reg : 4815122429
Prodi : Pendidikan Sosiologi Reguler
2012
Universitas Negeri Jakarta
Integrasi Nasional:
Mengindonesiakan Keberagaman Bangsa
Indonesia merupakan negara dengan kemajemukan bangsa yang ada di dalamnya.
Hal tersebut telah tergambar jelas dari struktur
masyarakatnya yang heterogen. Dari heterogenitas
itulah, kemajemukan muncul sebagai cerminan dari adanya keberagaman suku, ras,
agama, budaya, dan lain-lain. Jika muncul pertanyaan terhadap keberagaman
tersebut, apakah alami atau merupakan konstruksi
masyarakat, maka jawabannya adalah “realita”. Hal tersebut disebabkan karena
adanya pemaknaan atas keberagaman itu yang sewaktu-waktu dapat bergeser.
Secara alami, memang keberagaman
tersebut merupakan suatu hal yang dapat dikatakan sebagai warisan atau turun-temurun
adanya. Akan tetapi, masyarakat di sini juga berperan dalam mengkonstruksi keberagaman
itu sendiri. Artinya, masyarakat juga mempunyai peran dalam jalannya
keberagaman tersebut sehingga mempengaruhi kondisi kemajemukan bangsa. Kondisi
kemajemukan bangsa yang seharusnya didampingi dengan nilai-nilai toleransi,
dapat dinodai dengan adanya sterotip-streotip
yang mencederai kemajemukan bangsa ini. Oleh karena itu, penting bagi
masyarakat dalam memaknai keberagaman ini dengan nilai-nilai toleransi.
Pada suatu kelas, terdapat mayoritas siswanya beragama muslim dan minoritasnya beragama non-muslim. Jika
yang beragama mulsim sedang mengikuti pelajaran agamanya, maka yang beragama
non-muslim diberikan toleransi untuk tidak mengikuti pelajaran agama tersebut
dan begitu juga sebaliknya. Begitu juga dalam konteks kehidupan masyarakat yang
pluralistik. Perbedaan-perbedaan yang
muncul harus dijadikan sebagai suatu keberagaman yang dilandasi oleh
nilai-nilai toleransi. Jadi, dari pemahaman masyarakat tentang bertoleransi
itulah yang dapat menimbulkan suatu integrasi
dalam masyarakat.
Berkaca dari beberapa contoh kasus
dewasa ini, penyebab yang mengancam integrasi nasional bangsa ini sebenarnya
adalah dari kesadaran atas pemahaman dari keberagaman bangsa itu sendiri.
Kondisi yang majemuk seperti ini seolah dimaknai sempit oleh beberapa kelompok
masyarakat. Hal tersebut terwujud dari tindakan-tindakan yang mengarah kepada
gerakan seperatis yang mengancam keutuhan bangsa. Negara Islam Indonesia (NII),
Organisasi Papua Merdeka (OPM), Republik Maluku Selatan, serta pengibaran
bendera Aceh yang akhir-akhir ini baru saja terjadi, merupakan beberapa wujud
tindakan yang mengancam integrasi nasional negara ini. Jika dilihat dari segi
sosiologis, konflik-konflik seperti ini muncul karena adanya beberapa faktor
yang melandasi. Di antaranya adanya berbagai kepentingan politik dari tiap-tiap gerakan itu sendiri. Selain itu,
kecemburuan sosial terhadap perlakuan pemerintah atau institusi juga dapat mendasari hal itu. Selanjutnya, adanya solidaritas di dalam kelompok yang lebih
kuat daripada solidaritas kebangsaannya, memungkinkan munculnya sikap yang
mengarah ke dalam disintegrasi
tersebut. Itulah sebabnya mengapa integrasi nasional bangsa ini sedang dalam
ancaman.
Dari beberapa contoh kasus di atas,
konsep dari suatu bangsa yang majemuk,
telah disalahartikan maknanya oleh beberapa kelompok masyarakat. Suatu kesatuan
yang seharusnya difasilitasi oleh sikap toleransi, malah diartikan sebagai
fasilitas kepentingan dalam solidaritas kelompok-kelompok. Akibatnya, pemaknaan
atas keberagaman yang seharusnya disesuaikan dengan kondisi bangsa Indonesia
yang multikultur, menjadi pemaknaan
atas suatu tindakan penyeragaman bangsa Indonesia. Selain itu, yang juga seharusnya
dimaknai bahwa Indonesia negara yang terbagi atas suku bangsa, agama, ras, dan
lainnya, menjadi suatu pemaknaan adanya pembagian wilayah Indonesia yang tidak
berintegrasi dalam suatu kesatuan. Oleh karena itu, pemikiran yang keliru
tersebut ingin menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang seragam dan
terpecah belah.
Dengan contoh munculnya gerakan
Negara Islam Indonesia (NII) telah membuktikan bahwa adanya keinginan yang kuat
untuk menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang islami. Artinya,
keinginan kuat itulah yang ingin menjadikan negara ini menjadi negara yang
tadinya beranekaragam atau multikultur, menjadi suatu negara yang
seragam. Selain itu, gerakan separatis seperti
OPM dan RMS juga merupakan dampak dari pemaknaan yang keliru. Jika pemaknaan
atas Islam sebagai suatu agama dimaknai dengan mengindonesiakan Islam, maka
nilai-nilai agama Islam di dalamnya dapat disesuaikan dengan
perbedaan-perbedaan atas keberagaman yang ada pada bangsa Indonesia, tentu
tanpa mencederai makna atas agama Islam itu sendiri. Dengan demikian,
nilai-nilai toleransi dalam beragama dapat terbangun sehingga pemaknaan atas
hal tersebut yang keliru tersebut dapat dihindari.
Dalam persoalan ini, integrasi memang memerlukan perhatian
penting, khususnya atas pemahaman atau penafsiran atas keberagaman bangsa
Indonesia. Jika diibaratkan, kondisi tersebut seperti seorang anak yang sedang
diajarkan mengenali anggota keluarganya. Kondisi anak yang sebelumnya belum
mengetahui siapa ayah, ibu, ataupun kakak dan adiknya, setelah diajarkan maka
anak tersebut mengenali dan mencoba untuk menyapa anggota keluarganya tersebut.
Hal itu juga yang diperlukan untuk meluruskan pemaknaan atas keberagaman bangsa. Dimulai dari
mengenal siapa dirinya dan bangsanya serta kemudian mengaplikasikannya dalam
kehidupan bermasyarakat.
Persoalan integrasi memang merupakan
suatu hal yang mendasar dan kompleks. Jika dilihat dalam pendekatan struktural fungsional, memang dapat
diakatakan bahwa integrasi merupakan suatu sistem
yang saling berkesinambungan. Akan tetapi, jika dilihat dalam pendekatan konflik, maka integrasi dapat
dimunculkan dari adanya pertentangan-pertentangan, baik di dalam maupun di luar
kelompok. Sekarang tinggal bagaimana mencoba untuk meminimalisasi konflik yang
ada. Salah satunya adalah proses penyadaran atas makna dari integrasi dalam
keberagaman bangsa ini. Dengan demikian, jika hal tersebut dapat tersosialisasi
dengan baik, maka bukan tidak mungkin suatu gerakan-gerakan separatis yang
mengancam integrasi nasional bangsa ini tidak akan muncul sehingga integrasi
nasional menjadi suatu makna abadi yang tersampaikan.
No comments:
Post a Comment